Jumat, 09 November 2012

Potret Pengajaran di Sekolah

Beberapa hari yang lalu, adikku pulang terlalu sore. ternyata nasih ada latihan KIR, padahal adikku ga pernah ikut. tapi suatu hari ada guru yang masuk kelasnya dan mencari namanya lantas diminta untuk ikut KIR dan hanya adikku saja yang diambil dari kelasnya. waktu aku dan adikku bingung kenapa hanya nama adikku yang dicari. setelah diingat-ingat, ternyata adikku dapat nilai 100 untuk pelajaran matematika saat ujian tengah semester. membanggakan kamu nak! tapi setelah sampai rumah waktu itu, dia menunjukkan kepalanya yang katanya rambutnya habis dipetal sedikit oleh wali kelasnya. bukan hanya itu, gurunya juga menendang kakinya. tapi yang diperlakukan seperti itu bukan hanya adikku tapi seluruh siswa di kelasnya. setelah aku tanya ternyata pada saat pelajaran agama yang gurunya perempuan, siswa-siswanya pada ramai dan celometan. si ibu guru lantas marah dan nangis-nangis sambil melaporkan ke wali kelasnya. dan tahulah kemudian wali kelasnya marah, mungkin karna malu pada guru agama itu. dan sejenak aku marah mendengar cerita adikku, karna yang ramai hanya beberapa orang tapi yang kena batunya seluruh siswa, gak adil kan! lantas aku berpikir, gimana muridnya gak akan tawuran kalau gurunya mengajarkan kekerasan seperti ini?! adikku ini sekolah di salah satu SMK negeri di kotaku. SMK ini dulunya memang terkenal dengan siswanya yang hampir 90% adalah laki-laki. hanya beberapa aja yang perempuan. karna memang jurusan yang tersedia lebih mengarah kepada anak laki-laki. dan sebelum kejadian itu, sudah terdengar kalau SMK ini pernah hampi tawuran dengan salah satu SMA hanya karna gara-gara masalah pacar. sampai-sampai masuk koran segala, dan sekolahnya harus dijaga oleh beberapa polisi. hmmm....

kembali lagi kepermasalahan semula. semua wali murid pasti gak setuju donk dengan kekerasan. jelas gak setuju lah, nah gimana kalau kekerasan itu menimpa anaknya sendiri. apalagi yang paling mengherankan, esok harinya si wali kelas membuat surat pernyataan jika siswa satu kelas mengulangi hal tersebut maka tidak akan naik kelas. dan surat itu akan ditandatangani oleh wali kelas, guru agama, dan guru BK. untungnya guru BK menolak. kalau sampai tidak menolak, waduh, mending pindah sekolah aja deh dek! aku masih heran kenapa si bu guru agama itu sampai menangis di depan siswa. kelihatan gak ada wibawanya kan?! seharusnya dari awal harus sudah mengerti siapa yang akan dididiknya. kalau memang satu kelas isinya anak laki-laki semua, seharusnya harus sudah siap dengan segala trik cara mendidik dan mengajar. kalau mengatasi kelas yang ramai aja menangis apalagi masalah yang lebih berat. saya pikir karna saya juga seorang guru, seorang guru bukan hanya pintar mentransfer ilmunya ke kepala siswa tapi juga harus berusaha belajar cara menangani permasalahan siswa. dan pak guru wali kelas, kenapa harus pake kekerasan, sampai main tendang-tendangan. sadar gak sih kalau menendang seseorang berarti mengajari orang tersebut untuk menendang orang lain?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar